Kamis dan Seninku yang mendung
Ingin kuperlihatkan hujan di tempat lain seperti lagu Sal Priadi tapi ternyata saat ini lebih mungkin untuk memperlihatkan hujan di pipi.
Tiba-tiba lirik “kita usahakan rumah itu.” terjun bebas menggelitik telinga dan hatiku. Lagi-lagi si Sal Priadi yang tidak sopan membaca hati pendengarnnya dan menyindir lewat lagu. Ah, Sal! Kenapa senang sekali begitu?
Hari-hari kulalui untuk menanti sinar matahari yang terbit meski tanpa pernah tau sinarnya akan menyehatkan atau justru menyakitkan. Sayangnya kali ini penantianku tidak terjawab, lagi.
Aku masih disini, bersama aku yang masih saja keras kepala menanti.
“Tuhan, setidaknya biarkan jingga nampak indah.” Kataku memohon kasih dalam hati.
Tapi hari ini mungkin lagi-lagi memang kertas hitam dan putih harus bekerja. Tidak apa-apa, setidaknya hari ini aku masih ada.
Komentar
Posting Komentar