Postingan

Sulitnya Mempertahankan

Lebih sulit mempertahankan daripada mendapatkan.  Suatu waktu otakku berpikir lebih keras secara tiba-tiba. Aku tidak bilang bahwa mendapatkan itu mudah, hanya saja mempertahankan memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi untukku pribadi. Kita memang belum tentu dapat meraih atau mendapatkan sesuatu setelah berusaha keras, namun setelah mendapatkannya pun kita juga belum tentu bisa mempertahankan. Dari pengalamanku, ada lebih banyak hal yang bisa didapatkan daripada mempertahankan. Aku juga teringat bagaimana waktu-waktu dimana mereka membutuhkanku, mengajakku bekerjasama, aku ingat bagaimana diriku terbang dengan bebas dan bercahaya.. sampai dimana aku tidak bisa mempertahankan itu. Hilang lebih cepat daripada proses tumbuh yang memakan waktu lama. Aku ingat bagaimana aku mencapai kapasitas diriku, sampai aku terjatuh dan tidak bisa mempertahankan keseimbangan itu. Bagaimana mereka yang mengajakku bekerjasama, hilang tanpa pernah benar-benar pamit atau memutuskan untuk pergi sampai

Sebuah Kisah Dan. Bagaimana, Lara?

Ini sebuah kisah. Dan. Bagaimana, Lara? Pada upayamu yang bergeliyat diantara harap dan hiruk pikuknya dunia dengan kaki kecil yang mungkin terlihat seperti dua potong kayu yang tidak pernah cukup untuk menopang kursi. Masihkah ia bertahan? meski nyaris patah tak beraturan. Tahun ini menjadi tahun yang benar-benar luar biasa bagiku, entah bagaimana mendeskripsikannya? Berlapis antara senang dan luka-luka yang sama sekali tidak kupersiapkan, meski kumengerti jika memang hidup selalu punya pasang-surutnya. Ada banyak sekali moment yang telah kupersiapkan namun ternyata tidak bisa kurayakan, meski begitu tetap kukenang dan terima dengan sayang pada akhirnya. Begitupula dengan mimpi-mimpi yang ternyata hanya cukup indah untuk dibayangkan saja. Dan. Bagaimana, Lara? Pada upayamu berteman dengan luka dan bahagia yang sesekali menyapa? Apa syukurmu masih merasuki relung hati yang perih itu? Apa hidupmu yang tidak lagi sama masih bisa kau beri warna-warna hangat yang berharga? Apa Tuhan masih

Insecure

Dalam hidup ini seenggaknya kita pasti pernah sekali merasa engga percaya diri, engga mampu, dan “kok orang-orang hebat banget yaa?” Kebetulan aku tumbuh di kelilingi oleh orang-orang yang cukup luar biasa. Rasanya melihat orang-orang bisa mencapai mimpi atau target mereka tuh ikut bangga banget! Uhmm tapi.. Kadang saking ‘hijaunya rumput tetangga’ buat kita lupa kita juga punya value yang luar biasa! Well, liat orang lain emang engga ada habisnya ga sih? Mereka yang udah berhasil capai mimpi/target juga punya kesulitan sendiri yang sometime engga ‘relate’ sama pemikiran kita. Yah balik lagi, sekalipun jadi saksi tapi tetep aja yang paling tau dan yang paling paham rasanya ya si empunya. Nyaksiin temen-temen seperjuangan bisa dapet beasiswa ke luar negeri atau berhasil terbang kemana-mana itu selain bangga jadi salah satu seorang temen, sedikit banyaknya ada aja perasaan kaya.. “kok bisa ya?”  “aku kapan ya?”  “padahal aku juga usaha kok tapi aku engga bisa gitu ya?” Gapapa! Wajar kok!

Kamis dan Seninku yang mendung

Ingin kuperlihatkan hujan di tempat lain seperti lagu Sal Priadi tapi ternyata saat ini lebih mungkin untuk memperlihatkan hujan di pipi. Tiba-tiba lirik “kita usahakan rumah itu.” terjun bebas menggelitik telinga dan hatiku. Lagi-lagi si Sal Priadi yang tidak sopan membaca hati pendengarnnya dan menyindir lewat lagu. Ah, Sal! Kenapa senang sekali begitu?   Hari-hari kulalui untuk menanti sinar matahari yang terbit meski tanpa pernah tau sinarnya akan menyehatkan atau justru menyakitkan. Sayangnya kali ini penantianku tidak terjawab, lagi.   Aku masih disini, bersama aku yang masih saja keras kepala menanti.   “Tuhan, setidaknya biarkan jingga nampak indah.” Kataku memohon kasih dalam hati.   Tapi hari ini mungkin lagi-lagi memang kertas hitam dan putih harus bekerja. Tidak apa-apa, setidaknya hari ini aku masih ada.

Pernah dengar?

Susahnya orang miskin hanya dapat dimengerti orang miskin, kayanya orang kaya hanya dapat dimengerti orang kaya. Sakitnya pejuang kanker hanya dapat dimengerti penderita kanker, dan sehatnya orang sehat hanya dapat dimengerti orang sehat. Lewat teori dan melihat, kita mungkin bisa tau. Tapi soal rasa, tidak ada yang lebih mengerti daripada yang mengalami. Kita mungkin bisa memasukkan afirmasi-afirmasi positif, tapi penerimaannya tentu punya proses yang pelik. Karena bagi si empunya, ia sudah berproses dengan semua rasa itu atau bahkan tumbuh bersama. Miskin-kaya, sakit-sehat, sedih-bahagia, sekiranya sampai mana standar yang ada untuk itu semua? Jawabannya, tidak ada. Mungkin kita dituntut untuk tidak memperlihatkan sedih, susah, sakit. Mungkin kita harus memperlihatkan bahagia, yang intinya jangan sampai siapapun dapat melihat kelemahanmu. Itu bagus, tapi perlu diingat kamu adalah manusia. Dengarkan siapapun yang menyemangati, tapi tetap ingat bahwa kamu yang paling mengerti dan tau d

Salam Syukur dari Gagal

Aku bertanya-tanya perihal kakiku yang lusuh tersayat aspal kehidupan, juga jemariku yang sudah tidak lurus karena berusaha menggapai segala mimpi disana. Lalu, bagaimana nafasku yang gagap ternyata memiliki paru-paru yang sehat? Dan juga, bagaimana jiwaku yang sekarat masih ada di dunia? Ternyata jawabannya karena Tuhan sedang memberiku selamat. “Selamat, kamu sedang menuju tangga yang lebih tinggi dan sudah melewati kesulitan yang lain.” Padahal kupikir aku sedang diejek semesta karena sering gagal terhadap tujuan yang telah aku tetapkan. Lalu aku ditampar syukur, syukur yang seringkali aku tinggal. Syukur yang seringkali tenggelam bersama praduga yang belum tentu jadi kenyataan. “Tuhan, maaf.” Kataku. Dan, ku ambil cermin yang sudah retak, masih kulihat ada aku di dalamnya. Aku, masih bisa melihat! “Maaf.” Lagi, kataku sambil melihatnya. Lalu ku lengkungkan senyuman yang sudah lama bersemayam dibalik lara. “Terima kasih ya, sudah mau berjuang.”

Tentang Malam

Bagaimana kamu akan memaknai malam yang tidak henti-hentinya membuat nafas bimbang ? Bagaimana kamu mengartikan segala kesunyian sedang isi kepala riuh dengan irama  yang tak jelas di tengah hiruk pikuk ketenangannya? Tuan, puan. Dunia ini hanya tempat singgah, atau bisa kita sebut dengan; ajang dalam memperebutkan surga neraka. Tidakkah malam kesempatan untukmu beristirahat dan berserah? Tidakkah malam kesempatan untukmu dapat mengerti salah dan belajar? Tidakkah malam kesempatan untukmu dapat meminta, tentang maaf dan syukur yang mungkin akan jadi amal tak terduga? Tuan, puan. Sudah sejauh mana kakimu melangkah dengan bekas luka-luka yang bersemayam tepat di dada? Sedang Tuhan membuka peluknya atas segala prahara khianat dan kebohongan yang kita cipta. i/26922. 2.32am.